Sejarah Tari Remo, Tari Penyambut Tamu Asal Jombang

Tari Remo adalah tarian tradisional yang berasal dari Jombang, Jawa Timur.

Tari Remo berfaedah untuk penyambutan tamu yang ditampilkan oleh satu atau lebih orang

Biasanya, tari Remo ditampilkan oleh penari laki-laki.

Lebih lanjut, tari Remo ini berbentuk spontan, yang artinya gerakannya menyesuaikan irama gending dan menciptakan keadaan gembira dan meriah.

Karakteristik paling utama dari gerakan tari Remo adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis.

Didukung termasuk bersama dengan terdapatnya lonceng-lonceng yang dipasang di pergelangan kaki para penari agar menghasilkan suara cukup nyaring setiap kali para penari melangkah atau menghentakkan kaki.

Asal-usul

Tari Remo diciptakan oleh seorang seniman asal Jombang bernama Cak Mo. Ia dulu jadi Gemblak dari sebuah Grup Reog di Ponorogo.

Gemblak adalah seorang anak laki-laki yang tinggal dengan dengan komunitas warok (lelaki yang berwujud ksatria dan berwibawa tinggi) di dalam jangka saat 2 tahun.

Karena berjalan kemarau panjang, Cak Mo perlu melacak sumber pendapatan lain.

Beruntungnya, Cak Mo pintar menari agar ia langsung menari dengan memanfaatkan pakaian ala jathilan tanpa anyaman bambu dan berkeliling dari satu desa ke desa lain.

Cak Mo menari dengan diiringi sepasang kenong yang ditabuh oleh istrinya.

Cak Mo mengadopsi gerakan jathilan, warok, dan tayub serta menyanyikan sebuah kidung tembang, parikan, agar lebih disukai oleh penonton.

Berkat tariannya itu, Cak Mo dan istrinya diundang untuk bergabung ke tim kesenian Ludruk di Surabaya sebagai pembuka.

Karena tariannya serupa dengan Reog Ponorogo, maka orang-orang lebih mengenalnya dengan nama tarian Reyoge Cak Mo disingkat Remo.

Baca juga:

Mengenal Suku Tengger, dari Asal Usul hingga Tradisi

7 Lagu Daerah Jawa Tengah Beserta Lirik dan Maknanya

Cerita yang diangkat

Menurut sejarah, tari Remo merupakan tari yang khusus ditampilkan oleh penari laki-laki.

Hal ini terkait dengan lakon yang dibawakan di di dalam tarian tersebut.

Umumnya, tari Remo menampilkan kisah perihal pangeran yang tengah berjuang di dalam medan pertempuran, sehingga segi maskulin pria benar-benar diperlukan di dalam menampilkan tarian ini.

Perkembangan

Dulunya, tari Remo hanya digunakan sebagai pembuka dalam pertunjukan ludruk.

Namun, sejalan berjalannya waktu, fungsi dari tari Remo mengalami perkembangan, dari pembuka menjadi tarian penyambutan tamu. Khususnya tamu-tamu kenegaraan.

Selain itu, tari Remo termasuk sering ditampilkan dalam beraneka festival kesenian daerah sebagai upaya untuk melestarikan budaya Jawa Timur.

Oleh gara-gara itu, waktu ini tari Remo tidak hanya dibawakan oleh penari pria, tapi termasuk para penari wanita.

Jika ditampilkan oleh para wanita, umumnya para penari bakal mengfungsikan kostum yang tidak serupa dari kostum tari Remo asli layaknya yang dipakai para penari pria.

Pada 1998, didirikan Laboratorium Tari Remo oleh salah seorang staf pengajar di Yayasan Kesenian Bina Tari Jawa Timur bernama Dini Ariati.

Di laboratorium ini tiap-tiap pengunjung bakal diajarkan beraneka ragam style Tari Remo.

error: Content is protected !!