Maherga adalah anak dari Karo dan Miansari yang diriwayatkan berasal dari India Selatan dan bermigrasi ke Sumatra Utara. Karo dan Miansari dipercaya sebagai orang yang mendirikan perkampungan pertama di Dataran Tinggi Karo.
Sejarah Munculnya
Menurut cerita rakyat, etnis Karo berasal dari India Selatan yang dekat dengan Myanmar. Konon, di sana terdapat seorang maharaja yang kaya, sakti, dan berwibawa. Ia tinggal bersama permaisuri dan anak-anaknya.
Adapun salah satu anak perempuannya bernama Miansari. Ia adalah gadis yang sangat cantik. Maharaja tersebut memiliki seorang panglima yang sangat sakti dan disegani oleh semua orang, ia bernama Karo. Suatu ketika, Maharaja ingin mencari tempat baru dan mendirikan kerajaan di wilayah lain.
Ia kemudian memerintahkan seluruh rakyatnya untuk bersiap-siap pergi ke pulau seberang. Ketika akan melaksanakan perjalanan, Miansari ikut dengan kapal rombongannya Karo. Hal itu disebabkan karena mereka berdua jatuh cinta secara diam-diam.
Baca Juga : Daftar 5 Suku Yang Ada Di Lampung
Saat dalam perjalanan rombongan sampai di Pulau Pinang, mereka dipersilahkan oleh Maharaja untuk mempersiapkan bekalnya lagi. Setelah itu, Maharaja memerintahkan untuk berlayar lagi ke pulau yang berada di selatan Penang. Namun, di tengah perjalanan terjadi badai besar yang kemudian memisahkan rombongan Maharaja dengan rombongan Karo.
Miansari yang berada di dalam rombongan Karo kemudian melarikan diri dan tidak berusaha untuk mencari rombongan Maharaja. Karo dan Miansari kemudian menikah lalu mencari tempat yang aman untuk melanjutkan kehidupan mereka.
Setelah sekian lama mencari tempat yang bagus, akhirnya mereka sampai di sebuah tempat yang sama dengan negerinya terdahulu. Daerah tersebut bernama Mulawari yang berseberangan dengan Si Capah (sekarang Seberaya). Dengan demikian, Karo dan Miansari serta rombongannya adalah pendiri kampung di dataran tinggi yang sekarang bernama dataran tinggi Karo (Tanah Karo).
Marga di Karo
Perkawinan Karo dan Miansari ini melahirkan 7 anak yang mana anak pertama dan ke-6 adalah perempuan, sementara yang terakhir adalah laki-laki. Mereka adalah Corah, Unjuk, Tekang, Girik, Pagit, Jile, dan Maherga.
Maherga ini setelah dewasa menikah dengan anak Tarlon yang bernama Cimata. Tarlon adalah saudara bungsu dari Miansari. Maherga dan Cimata ini kemudian memiliki 5 anak laki-laku yang merupakan induk dari marga Karo. Adapun kelima anak Maherga adalah Karo, Ginting, Sembiring, Peranginangin, dan Tarigan. Dari mereka berlima inilah kemudian berkembang menjadi marga-marga yang ada di Karo.
Berikut adalah marga-marga di Tanah Karo, Sumatra Utara:
Karo | Ginting | Sembiring | Peranginangin | Tarigan |
Sinubulan | Ginting Munte | Kembaren | Namohaji | Sibero |
Sinuhaji | Babo | Sinulaki | Sukatendel | Tambak |
Sinulingga | Sugihen | Keloko | Mano | Silangit |
Surbakti | Gurupatih | Sinupayung | Sebayang | Tua Tegur |
Kacaribu | Ajartambun | Colia | Pencawan | Gersang |
Sinukaban | Capah | Pandia | Sinurat | Gerneng |
Barus | Beras | Gurukinayan | Perbesi | Gana-Gana |
Jung | garamata | Berahmana | Ulunjandi | Jampng |
Purba | Jadibata | Meliala | Penggarus | Tambun |
Ketaren | Suka Ajartambun | Pande | Pinem | Bondong |
Gurusinga | Manik | Tekang | Uwir | Pekan |
Kaban | Sinusinga | Muham | Laksa | Purba |
Karo Sekali | Jawak | Depari | Limbeng | |
Kemit | Seragih | Pelawi | Singarimbun | |
Bukit | Tumangger | Busuk | Keliat | |
Sinuraya | Pase | Sinukapar | Kacinambun | |
Samura | Keling | Bangun | ||
Sitepu | Bunuh Aji | Tanjung | ||