Sasando merupakan alat musik yang berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Alat musik sasando cukup terkenal karena memiliki bentuk yang unik serta sejarah yang menarik. Dimainkan dengan cara dipetik, alat musik yang satu ini memiliki suara khas yang membuatnya begitu terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga sampai ke mancanegara.
Lantas, apa yang menyebabkan sasando begitu terkenal dan bagaimana sejarah alat musik ini tercipta? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini yang dihimpun dari ebook Makna Seni dan Kesenian oleh Prof. Dr. Alo Liliweri dan sumber lainnya.
Sejarah Alat Musik Sasando
Berasal dari cerita legenda orang Rote, terdapat beberapa versi yang mengisahkan awal mula lahirnya sasando. Salah satunya adalah dalam sebuah cerita disebutkan seorang pemuda yang terdampar di Pulau Ndana saat sedang melaut sekitar tahun 1950-an.
Pemuda tersebut Bernama Sangguana, ia dibawa oleh penduduk setempat menghadap raja di istana sekitar. Karena memiliki bakat di bidang seni, Sangguana berhasil membuat sang putri anak dari raja terpikat. Akhirnya ia diminta untuk menciptakan sebuah alat musik yang belum pernah ada. Suatu malam, Sangguana pun bermimpi sedang memainkan suatu alat musik yang indah dengan bentuk unik dan suara khas.
Berkat mimpi tersebut, Sangguana pun membuat alat musik yang diberi nama Sandu (artinya bergetar). Akhirnya, alat musik itu diberikan kepada sang putri sebagai jawaban dari permintaan sang Raja. Sambil memainkannya, sang putri bertanya lagu apa yang sedang dimainkan dan Sangguana menjawab “Sari Sandu”. Dia memberikan instrumen ini kepada sang putri. Sang putri kemudian menamakannya Depo Hitu. Artinya, begitu senarnya dipetik, maka tujuh senarnya bergetar .
Asal Alat Musik Sasando
Alat musik sasando merupakan kebudayaan dari Tanah Rote, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Orang-orang Rote, biasa menyebutnya sebagai (Sasandu) yang artinya alat bergetar atau berbunyi. Sementara dalam bahasa Kupang, sering disebut sasando sebuah alat musik dawai yang dimainkan dengan cara dipetik oleh jari-jemari tangan. Berdasarkan informasi dari orang-orang Rote, Sasando sudah digunakan sejak abad ke-7. Kelahiran alat musik ini memiliki sejarah yang menarik.
Fungsi Alat Musik Sasando
Bila dilihat dari fungsinya, alat musik sasando biasa dimainkan untuk:
- Mengiringi nyanyian
- Menirukan nyanyian
- Mengiringi pembacaan syair
- Menghibur keluarga yang tengah berduka
- Mengiringi pesta
- Mengiringi ritual dalam upacara adat
Cara Memainkan Alat Musik Sasando
Sasando dimainkan dengan cara dipetik, mirip dengan bermain harpa maupun kecapi. Cara memainkan alat musik ini memang susah-susah gampang karena kamu juga perlu memahami nada yang harus dimainkan.
Baca Juga : Alat Musik Saluang : Sejarah, Fungsi & Cara Memainkannya
Misalnya, ketika kamu memetik senar sasando dengan kedua tangan, maka kunci atau chord dimainkan oleh tangan kanan, sedangkan bass atau melodi akan dimainkan di tangan kiri. Sementara untuk nada lain, sasando bisa dimainkan di dua arah.
Selain itu, teknik petikan pada dawai alat musik sasando sangat berpengaruh pada hasil suaranya.
Jenis Sasando
Instrumen sasando terdiri dari beberapa jenis yang dibedakan berdasarkan jumlah senarnya. Ada jenis engkel yang memiliki 28 senar. Ada pula Sasando dobel yang memiliki 56 senar atau 84 senar. Termasuk Sasando Gong, Haik, dan Sasando Biola. Oleh karena itu, suara instrumen sasando sangat berbeda-beda.
Hampir semua jenis lagu dapat dimainkan pada instrumen Sasando seperti musik tradisional, pop, slow rock bahkan dangdut. Di setiap daerah, instrumen Sasando berbeda dalam gaya, keterampilan pemain, dan kurangnya sistem penilaian, terutama untuk sasando gong.
Sasando Gong
Sasando Gong yang terkenal di Pulau Rote memiliki nada pentatonis. Biasanya dimainkan dengan irama gong dan dinyanyikan dengan irama khas pulau Rote. Jenis sasando ini adalah 7 senar atau 7 nada dan kemudian berkembang menjadi 11 senar.
Sasando Biola
Sasando Biola lebih berkembang di Kupang. Sasando biola memiliki nada diatonis dan mirip dengan Sasando Gong, tetapi bentuk bambu diameternya lebih besar dari sasando gong dan memiliki lebih banyak senar pada Sasando Biola, sehingga totalnya berjumlah 30 nada, sampai 32 dan 36 string.
Sasando Biola memiliki ruang resonansi yang terbuat dari kayu atau multipleks (kotak). Mengapa disebut Biola Sasando? Hal ini karena senar awalnya terbuat dari kayu karena nada Sasando meniru nada biola, tetapi harus memainkannya dengan dipukul untuk mendapatkan suara yang benar.
Sasando biola kotak ini tidak sepenuhnya berkembang, dan akhirnya Sasando Biola dengan ruang resonator daun lontar, seperti yang sering terlihat dalam 5000 not pada tahun 1992, sehingga menjadi lebih populer.
Sasando Elektrik
Seiring berkembangnya era Sasando Listrik, Sasando juga mulai mengikuti era yang hanya menggunakan bahan-bahan tradisional dan kini tersedia dalam bentuk Sasando Listrik atau Electric. Electric Sasando atau Sasando Listrik diciptakan oleh Arnold Edon. Sasando Elektrik ini termasuk dalam jenis sasando biola yang sedang dikembangkan teknologinya.
Sasando tradisional memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan, seperti daun lontar yang rapuh, seringnya muncul jamur di permukaan daun saat musim hujan, dan Sasando yang sangat tenang saat dipetik. Sasando elektrik yang muncul ini tidak menggunakan boks/kotak/peti kayu yang terbuat dari daun kelapa karena tidak memerlukan ruang resonansi
berfungsi sebagai wadah.