Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah suku bangsa terbanyak. Diperkirakan ada lebih dari 1.340 suku bangsa di Tanah Air. Suku bangsa tersebut tersebar secara merata di berbagai wilayah Indonesia. Salah satu contohnya, suku Anak dalam di Pulau Sumatera. Suku Anak Dalam merupakan suku asli sekaligus minoritas di Pulau Sumatera, tepatnya Jambi dan Sumatera Selatan.
Menurut tradisi lisan tersebut, nenek moyang suku ini berasal dari Maalau Sesat. Mereka melakukan pelarian ke hutan rimba di Air Hitam, Taman Nasional Bukit 12. Orang Maalau Sesat yang lari tersebut kemudian disebut Moyang Segayo.
Meski begitu, ada juga yang berpendapat bahwa orang Anak Dalam berasal dari Pagaruyung yang mengungsi ke Jambi.
Pendapat ini diperkuat dengan kesamaan bahasa dan tradisi antara Suku Anak Dalam dengan Minangkabau. Contohnya sistem kekerabatan matrilineal yang ternyata juga digunakan oleh suku ini.
Kebudayaan suku anak dalam
Misal, masyarakat yang memiliki kepercayaan animisme, akan melakukan aktivitas sosial dan budaya sesuai kepercayaannya tersebut. Karena masyarakatnya banyak yang menganut dinamisme dan animisme, mereka menyesuaikan kehidupan, struktur sosial, hukum adat, serta mitosnya sesuai kepercayaan yang dianut.
Inilah yang menyebabkan perbedaan kebudayaan suku anak dalam dengan masyarakat Jambi pada umumnya.
Kebiasaan suku anak dalam
Suku anak dalam menyebut diri mereka sebagai orang rimba, yakni masyarakat yang tinggal dan menggantungkan hidupnya pada sumber daya hutan. Orang rimba juga tinggal secara nomaden (berpindah-pindah), serta menggantungkan kebutuhan makanannya dengan berburu dan mencari buah-buahan di hutan.
Masyarakat suku anak dalam terbagi menjadi beberapa kelompok kecil yang dipimpin oleh seorang tumenggung (pemimpin). Sayangnya, kondisi orang rimba saat ini cukup terdesak dengan makin banyaknya kawasan hutan yang dikuasai penduduk desa.
Dalam perkembangannya saat ini, suku anak dalam juga sudah mulai mengenal kegiatan bercocok tanam.
Kepercayaan suku anak dalam
Suku anak dalam yang dikenal sebagai orang rimba, memiliki kepercayaan animisme, yakni kepercayaan adanya roh dalam tiap kehidupan manusia. Kepercayaan tersebut sama dengan kebudayaan Suku Minangkabau yang merupakan tetangga suku ini.
Masyarakat suku anak dalam percaya bahwa jika ingin selamat dalam kehidupan dunia ini, tiap aktivitas yang dilakukan harus menghormati para roh yang terletak di hampir semua tempat. Meski pada awalnya masyarakat suku ini memercayai animisme, banyak dari mereka yang memeluk agama Islam dan kristen.
Kesederhanaan suku anak dalam
Masyarakat suku ini dikenal dengan kebiasaan hidup terisolasi dari dunia luar. Karena kondisi ini, akibatnya kebudayaan dan peradaban suku anak dalam memiliki tingkat yang sangat rendah dibanding suku lainnya.
Ini menjadikan mereka hidup dengan penuh kesederhanaan. Tecermin dari berbagai macam peralatan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya alat bercocok tanam, alat berkebun, alat rumah tangga, hingga pakaian yang mereka kenakan.